Categories Lensa lensa

D’CASE 2024 Tutup Rangkaian Acara dengan Pertunjukan Wayang Dewa Ruci

Rangkaian acara D’CASE 2024 mencapai puncaknya dengan pertunjukan wayang Dewa Ruci yang memikat para pengunjung. Acara ini menjadi penutup enam hari kegiatan yang penuh inspirasi dan edukasi.

Yogyakarta-Keadilan. Hujan deras mengguyur sejak sore hari, menyelimuti lokasi Days of Charity, Arts, Sports, and Education (D’CASE) di Auditorium Abdul Kahar Mudzakir, Universitas Islam Indonesia (UII), dengan suasana syahdu dan intim. Langit mendung, seolah ikut larut dalam suasana haru menjelang berakhirnya rangkaian acara yang telah berlangsung selama enam hari. Di tengah rintik hujan yang tak kunjung reda, para pengunjung yang hadir tampak bersemangat untuk menyaksikan puncak acara, pertunjukan wayang Dewa Ruci.

Sebelum pertunjukan wayang dimulai, acara awarding untuk para pemenang lomba berlangsung meriah. Para pemenang, dengan wajah sumringah, menerima penghargaan atas prestasi yang telah mereka raih.

Usai awarding yang meriah, suasana di Auditorium Abdul Kahar Mudzakir semakin semarak dengan penampilan band FH yang membawakan lagu-lagu energik. Setelah itu, penonton diajak larut dalam keindahan kata-kata melalui pembacaan puisi Slamet Suroyo.

Pukul delapan malam, acara pembukaan pertunjukan wayang Dewa Ruci diiringi lantunan lagu dan degung yang merdu. Suasana menjadi lebih syahdu dan khidmat, menandakan dimulainya pertunjukan yang penuh makna dan filosofi.

  • Penyerahan piala kepada para pemenang D'Case 2024

Setelah lantunan lagu dan degung mereda, para dalang dengan lihai memainkan wayang, membawa penonton pada kisah Dewa Ruci.  Lakon ini mengisahkan perjalanan Raden Bima dalam mencari ilmu dengan tekad kuat dan penuh keyakinan. Namun, perjalanan Bima dipenuhi rintangan, termasuk ditipu oleh gurunya yang terpaksa menuruti permintaan para pejabat di Astina.

Bima diutus ke gunung Candramuka, di mana ia menghadapi dua raksasa dan berhasil mengalahkan mereka. Namun, Batara Indra dan Batara Bayu mengarahkan Bima untuk kembali ke Astina, karena mustika air kehidupan yang dicarinya tidak ada di sana.  Kembali ke Astina, gurunya, Drona, memerintahkan Bima untuk mencari mustika air di dasar samudra. Bima, dengan keberaniannya, menyelam ke dasar samudra dan mengalahkan seekor naga besar dengan kuku saktinya, Pancanaka.

Di dasar samudra, Bima bertemu dengan Dewa Ruci, seorang dewa kerdil yang bijaksana. Dewa Ruci memerintahkan Bima untuk memasuki telinganya, dan di sana Bima menemukan dunia yang luas dan penuh misteri. Melalui perjalanan ini, Bima menemukan jati dirinya dan memahami makna hidup yang sejati.

  • Pembacaan Puisi oleh Juara 1 Lomba Puisi D'Case 2024

Pertunjukan wayang D’CASE 2024 yang mengisahkan lakon Dewa Ruci telah selesai pada pukul setengah sepuluh malam. Hujan deras yang mengguyur Kota Yogyakarta pada Selasa malam membuat jumlah penonton tidak seramai biasanya.

Ketua Steering Committee (SC) D’CASE, Muhammad Rifqi Faris, menyampaikan bahwa Kisah Dewa Ruci yang menceritakan perjalanan Bima di lautan dan samudra,  berkorelasi dengan tema D’CASE tahun ini. “Cerita Dewa Ruci membawa kisah tentang lautan, sesuai dengan tema D’CASE tahun ini yang mengusung tema laut. Kami berdiskusi dengan dalang, dan kami menanyakan cerita wayang apa yang bertemakan lautan dan samudra. Pihak dalang menyarankan lakon Dewa Ruci karena menceritakan tentang perjalanan mencari mustika.” jelasnya.

Hal yang menarik, pertunjukan wayang yang menceritakan Dewa Ruci ini berbeda dengan pertunjukan wayang pada umumnya karena menggunakan bahasa Indonesia. “Sebenarnya tadi agak shock, oh ternyata pertunjukan wayang, khususnya di D’CASE ini, nggak pakai bahasa Jawa. Dan wow, bagus banget!” ujar Zahra Larasati selaku penonton.

  • Pemukul Kenong

Rifqi menjelaskan, dengan menggunakan bahasa Indonesia membuat cerita lebih mudah dipahami oleh penonton dari berbagai latar belakang. Rifi juga menambahkan, meskipun Generasi Z dikenal kurang tertarik dengan budaya tradisional, pertunjukan wayang D’CASE 2024 diyakini mampu menarik minat mereka. “Saya rasa hal-hal baru dan unik yang dibawakan di D’CASE, banyak anak-anak zaman sekarang yang ‘FOMO’ (Fear of Missing Out). Wah, ada wayang nih, belum pernah lihat wayang, jadi ikut-ikutan. Kami berharap semua orang bisa melihat wayang sebagai sesuatu yang baru dan unik.”

D’CASE 2024 membuktikan bahwa tradisi dapat bertransformasi mengikuti zaman. Dengan mengusung tema “Lautan” dan menghadirkan pertunjukan wayang dengan bahasa Indonesia, D’CASE tahun ini membawa angin segar bagi dunia kesenian dan menunjukkan bahwa budaya tradisional dapat tetap relevan di era digital.

Fadil, salah satu penonton, mengungkapkan harapannya agar tahun depan acara ini tetap menghadirkan unsur seni tradisional. “Semoga tahun depan D’CASE tetap ada dan juga saya berharap tetap ada kesenian seperti ini. Semoga tahun depan lebih meriah, lebih menarik minat mahasiswa untuk ikut serta dalam closing ceremony D’CASE ini.”

Liputan bersama: Mayang Nur Utari Agustin, Sri Indah Lestari, dan Fira Septianingrum

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *