Menghapus Stigmatisasi Kelompok Seniman Penyandang Disabilitas Melalui Lelaku Art Exhibition

Menghapus Stigmatisasi Kelompok Seniman Penyandang Disabilitas Melalui Lelaku Art Exhibition

Coba nilai dari karyanya, dari idenya, dari gagasannya, dari apa yang ingin yang dia sampaikan dari karya itu,” ujar Irfan Ali Sodikin selaku Ketua Pelaksana Acara Lelaku Art Exhibition

Yogyakarta-Keadilan. Lelaku Art Exhibition adalah pameran karya seni lukis yang diinisiasi oleh Unit kegiatan Mahasiswa (UKM) Sanggar Terpidana Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (FH UII). Acara tersebut digelar di Jogja National Museum (JNM) Bloc (3/3/2023).

Di pergelaran pameran Lelaku ini, UKM Sanggar Terpidana berkolaborasi dengan Jogja Disability Arts (JDA). JDA sendiri adalah sebuah yayasan yang memiliki sebuah misi untuk menghilangkan timpangnya stigma terhadap seniman penyandang disabilitas.

Sanggar Terpidana menggandeng JDA sebagai kolaborator karena ingin membentuk suasana berkebudayaan baru sebagai bentuk relasi akademisi dan seni. “Kita mencoba membentuk nuansa berkebudayaan baru, dalam arti kita sebagai akademisi. Kita sebagai kaum intelektual coba menggandeng mereka,” ujar Irfan Ali Sodikin selaku Ketua Pelaksana Lelaku Art Exhibition.

Ajakan kolaborasi ini disambut positif oleh Sukri Budhi Dharma selaku Ketua dari JDA, “Kita tetap kampanye tentang seni dan disabilitas, arahannya jelas bahwa bagaimana membangun awareness, membangun kesadaran tentang hidup bersama di dunia yang sama,” ujarnya.

Acara Lelaku Art Exhibition dimeriahkan dengan berbagai rangkaian acara seperti diskusi dan melukis bersama yang melibatkan pengunjung pameran pula. Hari pertama pameran dibuka dengan sambutan oleh Drs. Agus Triyanta, M.A., M.H., Ph.D selaku Wakil Dekan Bidang Keagamaan, Kemahasiswaan FH UII, lalu dilanjutkan dengan pertunjukan tari dari UKM Sanggar Terpidana.

Di hari kedua, selain dipamerkan karya lukis yang berada di lantai dua JNM Bloc, ada juga talkshow dan diskusi yang dilakukan bersama Sukri. Dalam diskusinya, Sukri menyampaikan bahwa JDA tidak hanya melakukan edukasi semata-mata untuk masyarakat umum saja, tetapi ia juga turut mengayomi anggotanya.

“Bahwa ketika kamu (anggota JDA) membuat suatu karya, dan karya itu baik, biarkanlah karya itu yang berbicara,” tegas Sukri. ”Jadi itu yang coba kita dorong, kita edukasikan kepada teman-teman disabilitas bahwa apa yang kamu lakukan itu akan bermartabat ketika kamu menghargai dirimu sendiri,” lanjutnya.

Mengubah Persepsi Publik Yang Umum Menyalah Interpretasikan Kelompok Seniman Penyandang Disabilitas

Sukri juga mengungkapkan keresahannya akan banyaknya pemikiran dan perlakuan secara subjektif terhadap para pelaku seni penyandang disabilitas. Pemikiran dan perlakuan tersebut lebih menyorot kepada kondisi disabilitasnya daripada karya yang mereka ciptakan, “Jadi lebih dinarasikan kepada kondisi disabilitasnya daripada karya yang teman-teman disabilitas ciptakan,” ungkap Sukri.

“Karena dengan mengangkat tentang disabilitasnya, cuan akan lebih banyak datang. Event-event yang mendatangkan penyandang disabilitas akan membuat ketertarikan media yang lebih besar. Nah jadi kita di JDA coba membuat pembeda dari hal tersebut,” pungkas Sukri yang menegaskan terdapat kesalahan interpretasi terhadap fenomena ini.

Setelah diskusi, acara dilanjutkan dengan melukis bersama dengan pengunjung pameran dan anggota JDA. “Yang kami highlight adalah peran sosial kita, nanti kita melukis bersama adik-adik dari JDA sebagai sarana meningkatkan percaya diri bagi mereka. Biar mereka juga bisa lebih percaya diri dalam bersosialisasi dengan masyarakat,” ujar Irfan.

Pameran ini ramai didatangi pengunjung, banyak dari mereka yang merupakan mahasiswa UII. Selain penikmat seni, kebanyakan dari mereka datang karena pelaksana acara ini merupakan UKM dari FH UII, juga karena publikasi acara yang menarik, “Ini kan dari FH UII, jadi kita mau berpartisipasi terhadap apa yang sudah diupayakan teman-teman,” kata pengunjung bernama Titi. “Datang kesini karena promosinya juga lumayan menarik,” sambung Faira yang juga merupakan pengunjung.

Liputan bersama: Afrizal Muhamad Fauzy dan Himawan Gerrenove Vippianto

Mukhammad Daffa Auliya

Penulis merupakan staff Bidang Redaksi LPM Keadilan, tepatnya sebagai Redaktur Online Periode 2022-2023.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *