Arcane: Kisah Dua Kota dan Ketimpangan Sistemik yang Membagi Mereka

Sudah lebih satu tahun serial Arcane muncul dan menggemparkan seluruh industri animasi. Saat itu, Arcane membawa sebuah perubahan yang sangat revolusioner terhadap animasi dua2 dan tiga. Ia digadang-gadang menjadi serial animasi terbaik sepanjang masa. Tak mengherankan jika pada bulan September tahun 2022 lalu, Arcane memenangkan ajang Emmy sebagai serial animasi terbaik, mengalahkan Invincible, sebuah serial animasi yang juga mendapat ulasan positif dari banyak kritikus dunia. Aspek animasi yang bagus bukan hanya daya tarik Arcane. Arcane mengangkat isu yang jarang ditemukan oleh serial animasi kebanyakan, yaitu pertentangan kelas dan ketimpangan sosial. Silco, antagonis di serial ini mengatakan “Power, real power, doesn’t come to those who were born strongest, or fastest, or smartest. No. It comes to those who will do anything to achieve it.” itu mungkin menjadi kutipan yang paling berkesan dan juga paling menggambarkan isu yang ingin dibawa serial ini. Tentang bagaimana sebuah masyarakat yang tertindas harus melakukan segalanya untuk bangkit. Saya tidak akan membahas Arcane dari segi penceritaan Vi dan Jinks. Melainkan lebih fokus kepada studi kota Piltover yang merupakan latar tempat di serial ini dan pusat pertentangan konflik antara dua kelas serta apa yang menjadi penyebabnya. Piltover, sebuah kota yang strategis dan ramai dilalui oleh pengelana dari berbagai macam wilayah. Suatu ketika Jayce, seorang ilmuwan muda, menemukan teknologi baru bernama Hextech. Hextech merupakan sebuah teknologi yang mampu meningkatkan setiap jenis peralatan yang ada menjadi sesuatu yang lebih baik. Dengan Hextech, Piltover mengalami kemajuan pesat di berbagai bidangnya. Piltover terbagi menjadi dua bagian, Uppercity dan Undercity. Uppercity singkatnya adalah pusat perkotaan yang penuh dengan kemajuan dan kemakmuran sedangkan Undercity adalah kebalikannya, pinggiran kota, tempat para imigran dan sarang para kriminal. Pada menit pertama menonton Arcane, anda akan disuguhkan dengan keindahan Uppercity kota Piltover. Piltover dipenuhi dengan gedung-gedung pencakar langit dan arsitektur yang berkelas. Masyarakatnya pun menggambarkan masyarakat maju dan intelektual. Mereka memakai pakaian yang rapi dan modis. Terlihat beberapa orang sibuk dengan urusannya masing-masing menghiraukan keadaan sekitarnya. Sejenak kita sangat takjub dengan keadaan kota Piltover, tapi keadaan itu berubah ketika diperlihatkan bagaimana keadaan Undercity. Gelap adalah kesan awal yang didapat penonton. Gelap akan pencahayaan, gelap akan keadilan, gelap akan ketertiban, gelap akan kesejahteran bahkan gelap akan harapan. Situasi Undercity tak jauh dari lingkungan masyarakat miskin di kota besar. Meskipun sangat dekat dengan pusat peradaban, mereka bahkan tidak bisa merasakan serpihan kesejahteraannya. Masyarakat Undercity hidup dengan tidak layak. Pendidikan, kesehatan dan pembangunan tidak dinikmati selayaknya masyarakat Uppercity. Ketimpangan yang terjadi antara kedua wilayah kota menggambarkan keadaan utopia dan distopia secara bersamaan. Bahwa setiap keadaan sempurna yang terlihat, sedikit pasti ada masalah serius yang tersembunyi. Pesatnya kemajuan yang disebabkan oleh Hextech hanya dinikmati oleh elitis di Uppercity. Inilah juga yang menjadi alasan mengapa ketimpangan terjadi sangat besar antara Uppercity dan Undercity. Ekko, salah satu karakter Protagonis di dalam serial melakukan berbagai macam perampokan kapal-kapal dagang guna mendapatkan kesejahteraan sendiri untuk dirinya dan masyarakat Undercity. Meskipun dengan cara yang salah, cara-cara yang digunakan Ekko untuk bertahan hidup merupakan salah satu akibat dari ketidakmampuan pemerintah untuk menanggulangi ketimpangan yang terjadi. Ketidakhadiran pemerintah mengakibatkan masyarakat kelas bawah terpaksa melakukan segala macam cara untuk melakukan perubahan. Pemerintahan Piltover dipegang oleh anggota dewan yang memiliki anggota enam orang. Masing-masing anggota memiliki satu suara dan merepresentasikan setiap golongan yang ada di Piltover. Tetapi yang menarik adalah tidak ada satupun perwakilan dari ke-enam anggota tersebut yang mewakili golongan masyarakat Undercity. Ketimpangan yang ada semakin terlihat seperti segregasi ketika salah satu anggota dewan Piltover bernama Heimerdinger, datang langsung ke Undercity dan mengamati keadaan di sana. Reaksi terkejut terlihat di muka Dinger, seolah dia melihat sesuatu yang sangat asing di matanya. Padahal Undercity berada tepat di sebelah wilayah tempat tinggalnya dan terasa aneh jika ia baru merasakan empati kepada masyarakat Undercity. Pemerintah yang tidak memiliki rasa empati dan kepedulian akan masyarakat kelas bawah pada akhirnya akan menghancurkan tatanan masyarakat secara keseluruhan. Ketimpangan yang tinggi menimbulkan berbagai macam konflik. Pertentangan konflik dibawa oleh karakter Silco, seorang yang ambisius dan memiliki keinginan memerdekakan Undercity dengan nama The Nation of Zaun. Silco berpikir bahwa sudah tidak ada harapan lagi bagi Uppercity dan Undercity untuk tetap tunduk di bawah satu kepemerintahan. Kebencian masyarakat Undercity terhadap Uppercity yang tidak pernah memperhatikan dan mensejahterakan mereka sudah terlalu besar, begitu pula sebaliknya. Masyarakat Uppercity memandang Undercity sebagai wilayah perkumpulan para kriminal, terbelakang, hanya membawa masalah dan penyakit bagi Piltover. Ketimpangan yang besar telah merambah ke aspek sosial masyarakatnya dan menanamkan benih kebencian di antara mereka. Hanya dengan memisahkan diri lah kebencian Uppercity dan Undercity yang sudah terlalu dalam dapat hilang secara perlahan. Cerita Arcane tentang bagaimana masyarakat tertinggal bangkit untuk melawan menjadi pengingat kita bersama. Bahwa pemerataan kesejahteraan dan mengatasi ketimpangan merupakan tugas yang harus dilaksanakan. Bukan untuk mengantisipasi konflik atau pertentangan, tetapi karena itulah tugas masyarakat, saling bahu-membahu mewujudkan kesejahteraan. Pemerintah dalam serial Arcane gagal dalam mengurangi ketimpangan sosial, seperti mendirikan fasilitas publik. Paling tidak dalam porsi yang cukup, sampai mencegah terjadinya pertentangan kelas.

All paradises, all utopias are designed by who is not there, by the people who are not allowed in. ”

– Elizabeth Farnsworth

Sudah lebih satu tahun serial Arcane muncul dan menggemparkan seluruh industri animasi. Saat itu, Arcane membawa sebuah perubahan yang sangat revolusioner terhadap animasi dua dan tiga dimensi. Ia digadang-gadang menjadi serial animasi terbaik sepanjang masa. Tak mengherankan jika pada bulan September tahun 2022 lalu, Arcane memenangkan ajang Emmy sebagai serial animasi terbaik, mengalahkan Invincible, sebuah  serial animasi yang juga mendapat ulasan positif dari banyak kritikus dunia.

Aspek animasi yang bagus bukan hanya daya tarik Arcane. Arcane mengangkat isu yang jarang ditemukan oleh serial animasi kebanyakan, yaitu pertentangan kelas dan ketimpangan sosial. Silco, antagonis di serial ini mengatakan “Power, real power, doesn’t come to those who were born strongest, or fastest, or smartest. No. It comes to those who will do anything to achieve it.” itu mungkin menjadi kutipan yang paling berkesan dan juga paling menggambarkan isu yang ingin dibawa serial ini. Tentang bagaimana sebuah masyarakat yang tertindas harus melakukan segalanya untuk bangkit. Saya tidak akan membahas Arcane dari segi  penceritaan Vi dan Jinks. Melainkan lebih fokus kepada studi kota Piltover yang merupakan latar tempat di serial ini dan pusat pertentangan konflik antara dua kelas serta apa yang menjadi penyebabnya.

Piltover, sebuah kota yang strategis dan ramai dilalui oleh pengelana dari berbagai macam wilayah. Suatu ketika Jayce, seorang ilmuwan muda, menemukan teknologi baru bernama Hextech. Hextech merupakan sebuah teknologi yang mampu meningkatkan setiap jenis peralatan yang ada menjadi sesuatu yang lebih baik. Dengan Hextech, Piltover mengalami kemajuan pesat di berbagai bidangnya.

Piltover terbagi menjadi dua bagian, Uppercity dan Undercity. Uppercity singkatnya adalah pusat perkotaan yang penuh dengan kemajuan dan kemakmuran sedangkan Undercity adalah kebalikannya, pinggiran kota, tempat para imigran dan sarang para kriminal.

Pada menit pertama menonton Arcane, anda akan disuguhkan dengan keindahan Uppercity kota Piltover. Piltover dipenuhi dengan gedung-gedung pencakar langit dan  arsitektur yang berkelas. Masyarakatnya pun menggambarkan masyarakat maju dan intelektual. Mereka memakai pakaian yang rapi dan modis. Terlihat beberapa orang sibuk dengan urusannya masing-masing menghiraukan keadaan sekitarnya. Sejenak kita sangat takjub dengan keadaan kota Piltover, tapi keadaan itu berubah ketika diperlihatkan bagaimana keadaan Undercity. Gelap adalah kesan awal yang didapat penonton. Gelap akan pencahayaan, gelap akan keadilan, gelap akan ketertiban, gelap akan kesejahteran bahkan gelap akan harapan.

Situasi Undercity tak jauh dari lingkungan masyarakat miskin di kota besar. Meskipun sangat dekat dengan pusat peradaban, mereka bahkan tidak bisa merasakan serpihan kesejahteraannya. Masyarakat Undercity hidup dengan tidak layak. Pendidikan, kesehatan dan pembangunan tidak dinikmati selayaknya masyarakat Uppercity. Ketimpangan yang terjadi antara kedua wilayah kota menggambarkan keadaan utopia dan distopia secara bersamaan. Bahwa setiap keadaan sempurna yang terlihat, sedikit pasti ada masalah serius yang tersembunyi.

Pesatnya kemajuan yang disebabkan oleh Hextech hanya dinikmati oleh elitis di Uppercity. Inilah juga yang menjadi alasan mengapa ketimpangan terjadi sangat besar antara Uppercity dan Undercity. Ekko, salah satu karakter Protagonis di dalam serial melakukan berbagai macam perampokan  kapal-kapal dagang guna mendapatkan kesejahteraan sendiri untuk dirinya dan masyarakat Undercity. Meskipun dengan cara yang salah, cara-cara yang digunakan Ekko untuk bertahan hidup merupakan salah satu akibat dari ketidakmampuan pemerintah untuk menanggulangi ketimpangan yang terjadi. Ketidakhadiran pemerintah mengakibatkan masyarakat kelas bawah terpaksa melakukan segala macam cara untuk melakukan perubahan.

Pemerintahan Piltover dipegang oleh anggota dewan yang memiliki anggota enam orang. Masing-masing anggota memiliki satu suara dan merepresentasikan setiap golongan yang ada di Piltover. Tetapi yang menarik adalah tidak ada satupun perwakilan dari ke-enam anggota tersebut yang mewakili golongan masyarakat Undercity. Ketimpangan yang ada semakin terlihat seperti segregasi ketika salah satu anggota dewan Piltover bernama Heimerdinger, datang langsung ke Undercity dan mengamati keadaan di sana. Reaksi terkejut terlihat di muka Dinger, seolah dia melihat sesuatu yang sangat asing di matanya. Padahal Undercity berada tepat di sebelah wilayah tempat tinggalnya dan terasa aneh jika ia baru merasakan empati kepada masyarakat Undercity.

Pemerintah yang tidak memiliki rasa empati dan kepedulian akan masyarakat kelas bawah pada akhirnya akan menghancurkan tatanan masyarakat secara keseluruhan. Ketimpangan yang tinggi menimbulkan berbagai macam konflik. Pertentangan konflik dibawa oleh karakter Silco, seorang yang ambisius dan memiliki keinginan memerdekakan Undercity dengan nama The Nation of Zaun. Silco berpikir bahwa sudah tidak ada harapan lagi bagi Uppercity dan Undercity untuk tetap tunduk di bawah satu kepemerintahan.

Kebencian masyarakat Undercity terhadap Uppercity yang tidak pernah memperhatikan dan mensejahterakan mereka sudah terlalu besar, begitu pula sebaliknya. Masyarakat Uppercity memandang Undercity sebagai wilayah perkumpulan para kriminal, terbelakang, hanya membawa masalah dan penyakit bagi Piltover. Ketimpangan yang besar telah merambah ke aspek sosial masyarakatnya dan menanamkan benih kebencian di antara mereka. Hanya dengan memisahkan diri lah kebencian Uppercity dan Undercity yang sudah terlalu dalam dapat hilang secara perlahan.

Cerita Arcane tentang bagaimana masyarakat tertinggal bangkit untuk melawan menjadi pengingat kita bersama. Bahwa pemerataan kesejahteraan dan mengatasi ketimpangan merupakan tugas yang harus dilaksanakan. Bukan untuk mengantisipasi konflik atau pertentangan, tetapi karena itulah tugas masyarakat, saling bahu-membahu mewujudkan kesejahteraan. Pemerintah dalam serial Arcane gagal dalam mengurangi ketimpangan sosial, seperti mendirikan fasilitas publik. Paling tidak dalam porsi yang cukup, sampai mencegah terjadinya pertentangan kelas.

Khatibul Alfairuz

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *