“Selamat Pagi!!!” –
Ucap salah satu fotografer KPY sebagai salam pembuka dalam bedah karyanya kepada audiens.”
Oleh : Aha Azadi Albab*
Yogyakarta – Keadilan. Uniknya, meskipun acara ini dilaskanakan pada malam hari, salam pembukaan setiap anggota tetaplah ‘selamat pagi’. Salam tersebut sebagai salam persatuan komunitas Kelas Pagi. Komunitas fotografi yang bermula dari Jakarta ini dirintis oleh fotografer profesional Anton Ismael pada awal 2006. Lalu pada tahun 2009, bersama Nana Je Justina, Anton Ismael berinisiatif membentuk Kelas Pagi Yogyakarta (KPY), dan masih aktif hingga saat ini.
Pada tanggal 16 Desember 2016 Komunitas KPY menggelar acara Bedah Karya Pameran Potret dengan tema ‘Profesi yang Berisiko Tinggi’ di sekretariat KPY, Jalan Brigjend Katamso Prawirodirjan, pukul 19.00-23.30 WIB. Perserta pada pameran ini dikhususkan bagi angkatan 6 KPY kelas grafis, sebagai bentuk aplikasi anggota KPY dari bimbingan yang telah mereka dapatkan.
Dalam acara ini, masing-masing anggota mempresentasikan karyanya dengan menjelaskan maksud dari foto dan kendala apa yang mereka alami selama menjalani proses pengambilan gambar. Salah satu karya yang ditampilkan adalah hasil foto Deiby Astika, seorang mahasiswi jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar di Universitas Negeri Yogyakarta. Karyanya yaitu potret seorang wanita mengendarai motor modifikasi di tong setan dalam acara Sekaten. Deiby mengatakan, “Aku kan sering ke alun-alun. Sering juga ke Sekaten. Jadi sering lihat, kalau kehidupan mereka sebenarnya gak gampang. Bayangin aja muter-muter seharian ya berjam-jam, itu kan pekerjaan yang berisiko.” Deiby menambahkan bahwa dia memiliki rasa iba saat melihat ibu tersebut, karena beliau adalah seorang wanita bernama Yanti, berumur 45 tahun, demi mendapatkan uang menjalani profesi tak wajar, tanpa alat pengaman dan sangat membahayakan keselamatannya.
Seorang fotografer lainnya yang berpartisipasi dalam pameran ini, bernama Wira, mahasiswa Sanata Dharma anggota KPY angkatan 6, mengatakan bahwa dia menghadapi kendala dalam mengambil gambar, seperti sulitnya mendapatkan objek untuk diambil gambarnya, apabila berkaitan dengan lembaga susah mendapatkan izin, lokasi pekerja yang berpindah-pindah, faktor cuaca juga menjadi tantangan tersendiri, dan sulitnya mengambil visual dengan angle mendukung untuk memperlihatkan unsur risiko dari pekerjanya.
Acara bedah karya ini dihadiri sekitar 55 orang, diantaranya dari anggota KPY itu sendiri, kemudian sisanya dari pengunjung. Dalam salah satu sesi tanya jawab salah satu pengunjung bernama Rendy berkomentar, “Saya sangat mengapresiasi acara ini, namun menyayangkan mengapa foto yang ditampilkan masih kurang menunjukkan risiko dari profesi yang dikerjakan oleh obyek.” Menanggapi komentar tersebut Dina, selaku pengurus KPY menjelaskan bahwa pameran ini merupakan salah satu dari kurikulum yang bertujuan untuk edukasi bagi angkatan baru. Dengan mementingkan proses bagi peserta dan tidak mengutamakan hasilnya, dimana fotografer bisa bersinggungan langsung dengan obyeknya yaitu pihak-pihak yang menjadi objek foto. Hal ini bertujuan selain untuk menguasai teknik fotografi, fotografer juga berlatih untuk bersosialisasi dengan lingkungan sosial.
Foto-foto yang dipamerkan berjumlah 19 foto dengan menunjukkan berbagai pekerjaan dan profesi, seperti pembalap, petinju, pengendara motor tong setan, pawang ular, dan lain sebagainya. Hal ini menyiratkan bahwa ada berbagai macam pekerjaan berisiko tinggi dengan tingkat kemananan seadanya. Diharapkan pemerintah tidak mengabaikan hal tersebut.
Reportase Bersama: Qurratu Uyun Ramadani* dan Topik Rohman*
*Kader magang LPM Keadilan 2015-2016