Categories Berita

Kronologi Ricuh dan Pemberhentian Gradasi V LEM UII 2018

“Nah, habis itu mereka langsung keluarin senjata-senjata semua. Ada tongkat baseball, balok, gesper, terus ada semacam pedang-pedang gitu, sama batu bata,” – Ziaulhaq, saksi mata kejadian.

 

Taman Siswa-Keadilan. Sebuah kabar tersebar pada Sabtu (22/09/2018) terkait penyelenggaraan acara kemahasiswaan Gradasi V LEM UII 2018 yang diadakan oleh Lembaga Eksekutif Mahasiswa Universitas Islam Indonesia (LEM UII). Pasalnya, beredar gambar seorang mahasiswa dengan punggung lebam beserta narasi bahwa ia adalah korban pengeroyokan yang dilakukan oleh suporter sepak bola Fakultas Hukum UII (FH UII).

Korban yang berinisial DS merupakan mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan menjadi korban pengeroyokan setelah menonton pertandingan sepak bola antar Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan UII (FTSP UII) melawan FH UII. Pertandingan yang berakhir dengan skor imbang 1-1 itu dilangsungkan di Lapangan Minomartani pada Sabtu mulai pukul 13:15.

Pengeroyokan tersebut kemudian dikonfirmasi oleh Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan UII, Muhammad Brilliant Bidjaksono. Ia mengatakan bahwa peristiwa tersebut terpantik oleh aksi saling provokasi hingga adu nyanyian antar suporter saat pertandingan sepak bola. “Nah, jadi ketika ada kita yang mendekat ke mereka (suporter FH), mereka langsung teriak ‘Woi! Woi!’”. Walaupun begitu, tidak ada insiden yang terjadi selama pertandingan.

Selepas pertandingan kedua suporter pun dituntun pulang secara terpisah akibat panasnya tensi dalam laga. “Kita (suporter FTSP UII) ke parkiran terus itu dibilang sama panitia Gradasi dan juga diwakili oleh DPM dan LEM kita, untuk kita pulang duluan,” tambah Brilliant.

Pernyataan tersebut dibenarkan oleh Ziaulhaq, mahasiswa Jurusan Teknik Arsitektur FTSP UII, yang juga menjadi saksi terjadinya pengeroyokan saat itu. Ia juga mengatakan DPM FTSP UII sendiri sudah mengingatkan suporter agar pulang dengan tertib. “Nah dibilangin dulu entar enggak ada suara klakson, enggak ada yang ngebut, enggak ada yang blayer-blayer (menaikkan suara gas motor secara berlebihan) gitu.”

Walaupun telah dituntun untuk pulang secara terpisah, ternyata di perjalanan rombongan antar suporter tersebut masih berpapasan. Pada pukul 16:30 rombongan FTSP UII dicegat oleh suporter FH UII yang sudah menunggu di pertigaan Baleroso. Saat itulah, korban DS yang berada di barisan belakang rombongan ditarik oleh suporter dari FH UII. “Dia lagi bawa motor ditarik, kemudian abis itu langsung dipukulin,” tambah Brilliant.

Teuku Rifqi, mahasiswa Jurusan Arsitektur FTSP UII yang juga berada di kerumunan saat itu mengatakan bahwa pengeroyokan tidak dilakukan dengan tangan kosong. “Si korban ini dipukul  menggunakan balok atau batu gitu di bagian kepala.”

Penggunaan senjata tersebut pun diakui juga oleh Ziaulhaq yang mengaku berada di dekat korban saat itu. “Nah, habis itu mereka langsung keluarin senjata-senjata semua. Ada tongkat baseball, balok, gesper, terus ada semacam pedang-pedang gitu, sama batu bata.”

Mengenai adanya pedang tersebut dibantah oleh Archel Valiano, mahasiswa FH UII yang juga berada di lokasi kejadian saat itu. “Loh siapa? Kita ga ada yang bawa sajam.”

Lebih lanjut lagi, Archel menjelaskan kronologi versinya yang mengatakan bahwa perkelahian tersebut disebabkan oleh provokasi dari rombongan FTSP UII. “Pertama saya lihat sendiri rombongan paling belakang FTSP itu mengacungkan jari tengah terus sana berhenti duluan”. Ia juga menambahkan bahwa rombongan suporter FTSP UII lah yang pertama kali melemparkan batu.

Saat ditanyakan apakah ia mengetahui siapa pelaku pengeroyokan, Archel pun menyangkal. Ia mengatakan bahwa saat itu ia hanya berada di baris belakang, sehingga tidak berada dekat dengan lokasi perkelahian.

Banyaknya lemparan batu saat perkelahian tersebut membuat keadaan semakin sulit terkontrol. Menurut Ziaulhaq, keadaan mulai dapat terkontrol setelah seorang polisi yang sedang berada di tempat menembakkan pistolnya ke udara sebanyak tiga kali.

Saat kondisi lebih terkendali, DS langsung diamankan oleh rombongan suporter FTSP UII dan dibawa ke kampus. Setelah dari kampus itulah DS dibawa ke Rumah Sakit Gramedika untuk divisum.

Malamnya, Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) FTSP UII bersama dengan perwakilan dari DPM FH UII berkumpul untuk mencari upaya damai atas peristiwa tersebut. Cara pendamaian yang dipilih adalah memanggil terduga pelaku pengeroyokan untuk hadir di FTSP UII malam itu. Perwakilan dari FTSP UII pun menghubungi terduga pelaku pengeroyokan, hanya saja pemanggilan yang dilakukan melalui telepon itu dibalas dengan kata makian kasar. Saat ditanyakan apakah ia mengetahui siapa orang tersebut, Brilliant mengatakan tidak.

Setelah tidak menemui titik temu untuk berdamai, pelaku pun melapor ke Polsek Ngaglik dengan ditemani perwakilan DPM FTSP beserta beberapa saksi mata pada pukul 22:00. Pelaporan dibuat dengan dugaan pengeroyokan seperti yang diatur Pasal 170 KUHP. “Nah itu belum ada, kami tuh hanya bilang laporan polisi tuh penyerangan,” terang Teuku Rifqi saat ditanyakan mengenai siapakah pihak yang dilaporkan.

Pemberhentian Gradasi V LEM UII 2018

Sehari setelah peristiwa pengeroyokan terjadi, muncul press release dari LEM UII yang menyatakan seluruh pertandingan olahraga dalam Gradasi V LEM UII 2018 dihentikan. Dalam lembaran surat yang terbit pada Minggu (23/08/2018) tersebut dinyatakan pula pemberhentian ini merupakan keputusan dari Dewan Permusyawaratan Mahasiswa UII (DPM UII) dan Bidang Kemahasiswaan UII. Dituliskan juga dalam surat tersebut bahwa pemberhentian dilakukan setelah mempertimbangkan peristiwa-peristiwa yang terjadi.

Demi mencari tahu peristiwa-peristiwa apa saja yang dimaksud, Keadilan pun mencoba menghubungi Ketua LEM UII Muhammad Hussain Nashar. Sayangnya, pihak yang bersangkutan tidak menjawab tawaran untuk diwawancara.

Klarifikasi mengenai pemberhentian Gradasi V LEM UII 2018 pun berhasil kami dapatkan melalui A. Mazhar Amin selaku Ketua DPM UII. Ia membenarkan bahwa peristwa-peristiwa yang dimaksud dalam press release tersebut adalah rangkaian perkelahian selama berlangsungnya Gradasi V LEM UII 2018.

Total selama acara ini terdapat empat perkelahian, yang dua di antaranya sampai harus melibatkan laporan kepolisian. “Nah, melihat keadaan yang seperti itu DPM U sebagai penanggung jawab harus cepat mengambil langkah,” tambah Mazhar. Ia pun menambahkan bahwa pemberhentian ini juga dilakukan atas permintaan dari Bidang Kemahasiswaan UII.

Reportase bersama: Adrian Hanif, Rizaldi Ageng, Ainun Akhiruddin, Rahadian Suwartono.

1 comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *