Categories Feature

Menilik Cerita Bu Tutik Mengolah Salak Menjadi Komoditas yang Diminati

“Transformasi salak pondoh menjadi olahan keripik salak yang nikmat ala sentuhan terampil Bu Tutik”

Yogyakarta-Keadilan. Terik panas matahari kala pagi itu tak kalah saing dengan cuaca pada siang hari yang mengantar perjalanan kami menuju daerah Magelang. Magelang, kabupaten yang bersemayam dalam kekayaan sejarah dan kuliner khas, menjadi rumah bagi buah yang terkenal, salak nglumut atau salak pondoh. Buah ini dikenal dengan kelezatan manisnya yang membuat banyak orang jatuh hati. 

Dari buah ini, muncul seorang tokoh inspiratif bernama Bu Tutik yang berhasil memanfaatkannya menjadi peluang bisnis, yaitu keripik salak “Gemilang”. Bu Tutik merupakan pemilik lahan perkebunan sekaligus petani salak yang merasakan dampak dari defisit pemasukan yang bersumber dari penjualan salak itu. Ia kemudian menuangkan ide inovatif untuk mengolah salak tersebut agar memiliki nilai jual yang tinggi. 

Tak terasa hari telah menjelang siang yang bersamaan dengan tibanya kami pada daerah tujuan siang hari itu, Bu Tutik terlihat sedang menyortir salak pondoh. Buah-buah terpilih akan berlayar jauh ke manca negara seperti China, Kamboja, Thailand, bahkan Jerman. Sementara itu, buah yang tidak lolos audisi akan diberi panggung baru sebagai bahan produksi keripik salak. Dengan cara ini, setiap buah salak yang tidak lolos seleksi, tetap memiliki nilai jualnya sendiri.

Proses transformasi buah salak menjadi keripik ini hanyalah sebuah duet antara Bu Tutik dan seorang mahasiswa yang sedang magang. Meski hanya berdua, energi dan dedikasi yang mereka miliki berhasil menciptakan produk olahan salak yang sukses dan berkualitas. Namun, tentu saja usaha ini tidak selalu berjalan mulus layaknya harapan sang pemilik karena terjadi persaingan usaha antara Bu Tutik dengan pengusaha olahan keripik salak lainnya. “Kalau pesaing itu ada tapi agak jauh. Tidak satu kampung atau desa tapi satu kecamatan.” tutur Bu Tutik.

Meski bisnis ini berlayar di lautan penuh tantangan, keripik salak Bu Tutik berhasil memesona para pelanggan dengan konsistensi kualitas dan rasa yang tak tergoyahkan. Keunikan keripik salak ini terletak pada rasa manisnya yang alami, hal ini menjadi bukti autentisitas buah salak, tanpa pewarna dan pemanis buatan.

Keripik Salak, Dari Penyortiran Hingga Pengemasan

Siang itu, genggaman tangan Bu Tutik yang seakan tidak tinggal diam dimakan usia, mengupas dan memotong satu demi satu buah salak yang berdesak-desakan di keranjang anyaman bambu. Ia tidaklah sendiri karena mahasiswa magang tersebut setia membantunya mengupas dan memotong buah salak. Dirasa cukup, buah salak yang telah ditanggalkan kulitnya itu dimasukkan ke freezer sampai terlihat benar-benar sudah membeku. Tujuan pembekuan ini tidak lain adalah agar keripik yang dihasilkan menjadi krispi ketika digoreng nantinya.

Setelah proses pembekuan, potongan-potongan salak yang membeku tersebut mengantre untuk digoreng menggunakan alat mesin vacuum frying. Alat tersebut digadang-gadang dapat menampung muatan sekitar 5 kg buah salak yang akan digoreng. Proses penggorengan keripik salak tersebut memakan waktu kurang lebih selama 2 jam diikuti dengan kehati-hatian sang penggoreng agar tidak terlahir keripik salak yang rusak

Setelah berendam dalam lautan minyak yang membara, keripik salak tersebut hijrah ke tahap berikutnya yaitu tahapan filtrasi minyak dengan menggunakan alat spinner. Filtrasi keripik salak dari minyak ini bertujuan agar keripik salak yang dihasilkan menjadi renyah  ketika dimakan. Selain itu, kandungan minyak yang berlebih pada olahan makanan dapat membawa dampak kurang bagus bagi kesehatan. 

Tahapan pamungkas dari proses panjang pembuatan keripik salak adalah pengemasan dalam ukuran yang variatif. Variasi ukuran pengemasan keripik salak bergantung pada pemesanan produk sehingga lahirlah ukuran mulai dari 60 gram, 250 gram, 500 gram, sampai 1000 gram. Selain ukuran pengemasan yang variatif, jenis bahan pengemasan yang digunakan juga variatif mulai dari bahan biasa sampai bahan premium yang dapat tahan selama 1 tahun jika tidak terpapar udara terlalu lama. 

Kendala Yang Ada Tak Membuat Semangat Bu Tutik Pudar Semangat dan Tekad Bu Tutik Tidak Pernah Pudar

Ketika kami wawancarai, Bu Tutik mengungkapkan bahwa dalam perjalanan menciptakan keripik salak, ia menemui berbagai kendala. Salah satu kendala yang sering muncul adalah pemadaman listrik yang sering terjadi di daerah pegunungan tempat usahanya berada. Terutama saat musim hujan, hujan deras seringkali menyebabkan mati listrik dan mengganggu proses produksi. 

Kendala lainnya adalah ukuran mesin yang masih relatif kecil. Dalam menghadapi permintaan yang semakin meningkat, mesin yang kecil menjadi kendala dalam mencapai target produksi yang lebih besar. Sebenarnya Bu Tutik juga memiliki mesin yang lebih besar dengan kapasitas dua kali dari mesin  kecil tersebut. Akan tetapi, Bu Tutik belum mampu mengoperasikan mesin yang lebih besar tersebut di samping perlunya penambahan minyak dan bahan lain agar penggunaan mesin tersebut dapat efisien. “Kendalanya itu ketika lagi produksi listrik mati, kalaupun pakai genset tidak menutup kemungkinan tidak ada kendala karena daerah sini daerah pegunungan, kadang ketika hujan itu mati listrik jadi tidak bisa produksi. Untuk pemasaran alhamdulillah jalan, tapi untuk target lebih besar belum bisa karena mesinnya kecil mungkin kalau mesinnya lebih besar bisa lebih maksimal lagi.” tutur Bu Tutik. 

Kendala dan rintangan yang menghadang tersebut tidak pernah menjadikan semangat Bu Tutik surut apalagi padam. Ia berpandangan bahwa segala kendala dan rintangan yang ada merupakan bagian dari perjalanan yang membentuk kekuatan dan ketekunan. Tekad bajanya mampu menembus segala kesulitan dan mengubahnya menjadi sebuah langkah raksasa menuju kesuksesan yang lebih besar. 

Liputan bersama: Mayang Nur Utari Agustin, Muhammad Haaziq Bujang Syarif, Khrisna Adam Yustisio, Sri Indah Lestari, Zaskia Sandra Aulia, dan Anissa Aura.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *