Serba Serbi Gejayan Memanggil II

Pelajar SMA yang hadir dalam aksi

Ribuan massa aksi Gejayan Memanggil II dari berbagai elemen masyarakat berkumpul di jalan Affandi, Yogyakarta pada Senin (30/09/2019). Gejayan Memanggil II dimotori oleh Aliansi Rakyat Bergerak yang merupakan gabungan dari beberapa organisasi, komunitas, dan universitas.

Gejayan Memanggil II merupakan forum besar untuk menyuarakan aspirasi dan kegelisahan terkait kebijakan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah belakangan ini. Kegelisahan tersebut diawali dengan rencana pengesahan berbagai Rancangan Undang-Undang yang menuai kritikan publik. Kekecewaan masyarakat diperparah dengan reaksi pemerintah yang dinilai tidak tanggap menangani bencana kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan serta Riau, maupun konflik rasial di Papua.

Aksi ini adalah aksi lanjutan dari Gejayan Memanggil I yang berlangsung seminggu sebelumnya. Aksi pertama dihadiri oleh kurang lebih 20 ribu mahasiswa dari berbagai universitas yang mengidentitaskan diri dengan menggunakan jas almamater masing-masing.

Awalnya aksi Gejayan Memanggil II sempat terancam ketika Kementerian Riset, Teknologi, Dan Pendidikan Tinggi mengeluarkan surat edaran terkait pemberian sanksi kepada rektor yang mengizinkan mahasiswanya terlibat. Oleh sebab itu, selama aksi Gejayan Memanggil II sudah jarang terlihat mahasiswa yang menggunakan atribut universitas.

Tapi tak berarti aksi Gejayan Memanggil II tidak berjalan semarak. Pasalnya, pada aksi ini juga terdapat pelibatan pelajar sekolah menengah atas (SMA). Meski terlibat dalam aksi yang dimulai sejak siang ini para siswa tetap tidak melanggar peraturan sekolah. Misalnya Mubarok, seorang pelajar yang enggan menyebutkan asal sekolahnya mengatakan bahwa ia dan teman-temannya baru bergabung ketika jam pulang sekolah.

Selain banyaknya elemen masyarakat terlibat, hal menarik lainnya dari aksi ini adalah beragamnya poster propaganda yang dibawa. Berbeda dengan aksi pada umumnya yang fokus pada tuntutan, poster-poster dalam Gejayan Memanggil II banyak diisi kalimat nyeleneh seperti “Patah Hati tapi tetap ikut aksi”, atau “Tetap Solat dan Utamakan Kepentingan Rakyat”.

Selain kreativitas para pembuat poster, juga terdapat pemandangan unik lain dalam aksi ini. Salah satunya ialah uluran tangan dari masyarakat yang membagikan air bersih maupun nasi bungkus. Tak hanya itu, ramainya massa aksi juga dimanfaatkan oleh para pencari nafkah yang nampak menjajakan dagangannya di kerumunan.

Ketertiban aksi Gejayan Memanggil II juga tak hanya berakhir selama aksi. Nampak beberapa pengunjuk rasa secara sukarela membawa trashbag dan mengumpulkan sampah menjelang berakhirnya aksi. Serba-serbi dalam aksi ini menunjukan bahwa perjuangan menjaga reformasi dalam Gejayan Memanggil II tetap dapat dijalankan dengan damai meski merangkul semua elemen masyarakat.

Reportase bersama: Mirza Agung Rahmatullah, Puji Indah Astuti, Farhan Syahreza*

*Kader LPM Keadilan 2018-2019

Kirana Nandika Ramaniya

Penulis merupakan Pimpinan Redaksi LPM Keadilan Periode 2019-2020. Sebelumnya penulis juga pernah menjadi Staf Bidang Redaksi LPM Keadilan, tepatnya sebagai Redaktur Online Periode 2018-2019.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *