Aksi demonstrasi di Yogyakarta kembali menggema, mencerminkan keresahan rakyat terhadap kebijakan pemerintah yang dianggap tidak berpihak pada mereka. Mahasiswa dan masyarakat bersatu menyuarakan ketidakpuasan terhadap kenaikan biaya hidup, pemangkasan anggaran pendidikan, serta kebijakan yang semakin menekan Masyarakat kecil.
Yogyakarta-Keadilan. Ribuan warga Yogyakarta turun ke jalan untuk menggelar aksi demonstrasi pada Kamis (20/02/2025) dalam gerakan yang disebut “Indonesia Gelap”. Aksi ini berlangsung di berbagai wilayah di Indonesia sebagai respons terhadap kebijakan-kebijakan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, yang dinilai merugikan rakyat serta mereka untuk turun dari jabatannya.
Demonstrasi ini berawal dari ketidakpuasan masyarakat terhadap pemerintahan Prabowo-Gibran yang dinilai gagal memenuhi harapan rakyat dalam 100 hari pertama pemerintahannya. Beberapa kebijakan seperti efisiensi anggaran yang berakibat pada kenaikan uang kuliah tunggal, kenaikan harga bahan pokok, kelangkaan gas dan solar, serta meningkatnya keterlibatan militer dalam ranah sipil membuat masyarakat kecewa. Mereka merasa kebijakan pemerintah tidak berpihak pada rakyat kecil.
Selain itu, demonstran juga menyoroti isu ketimpangan sosial dan ketidakadilan dalam distribusi anggaran negara. Mereka menilai kebijakan pemerintah saat ini lebih berpihak pada elite politik dan pengusaha besar dibandingkan rakyat kecil. Kebijakan efisiensi anggaran pada beberapa sektor vital seperti pendidikan dan kesehatan menjadi sorotan utama dalam aksi ini.
Melalui selebaran yang didapat Keadilan, aksi ini menyuarakan ajakan untuk melawan. “Maka dari itu, kami Jogja Memanggil menyerukan perlawanan: turunkan Prabowo-Gibran, bubarkan kabinet merah putih, bangun demokrasi kerakyatan!” begitu tertulis di selebaran yang juga dibagikan kepada para peserta aksi.
Demonstran berkumpul di Parkiran Abu Bakar Ali pada pukul 11.30 WIB, lalu berjalan melalui kawasan Malioboro dan berhenti di depan Gedung Agung Yogyakarta. Demonstran yang berada paling depan membawa spanduk besar bertuliskan “RAKYAT BERSATU!! Bangun Demokrasi Kerakyatan” sambil meneriakkan berbagai tuntutan dan ketidakpuasan atas kebijakan yang dianggap tidak berpihak kepada rakyat kecil. Orasi disampaikan oleh para demonstran yang hadir.
Aksi sempat memanas ketika beberapa oknum demonstran membakar pembatas jalan di depan Gedung Agung Yogyakarta. Tidak lama setelah api menyala, seorang oknum melemparkan sebungkus plastik berisi bensin yang membuat api semakin membesar. Demonstran yang berada di sekitar lokasi turut melemparkan sampah dan botol bekas minuman ke dalam api tersebut.
Aksi ini diinisiasi oleh berbagai elemen, mulai dari mahasiswa dari berbagai universitas di Yogyakarta hingga warga sekitar. Wisnu, mahasiswa Sejarah Universitas Gadjah Mada angkatan 2023, menyatakan bahwa aksi ini penting untuk memperjuangkan hak-hak mahasiswa dan masyarakat yang terdampak kebijakan pemerintah. “Saya datang ke sini karena banyak teman saya yang benar-benar membutuhkan Kartu Indonesia Pintar Kuliah, tetapi anggarannya justru dipangkas. Ini bukan hanya tentang mahasiswa, tapi juga masyarakat luas,” ujar Wisnu.
Tak hanya itu, warga sekitar juga turut menyuarakan keprihatinan mereka. Salah satu pedagang asongan di Malioboro bernama Ibu Tati, mengungkapkan dampak kebijakan pemerintah terhadap rakyat kecil. “Sekarang harga-harga naik, cari gas juga susah. Kami rakyat kecil cuma ingin harga stabil dan hidup lebih mudah. Sekarang jualan di Malioboro juga makin sulit,” katanya. Hal senada diungkapkan oleh Ibu Sarkiem, yang berharap agar pemerintah dapat lebih peduli terhadap rakyat kecil. “Kami cuma ingin janji yang ditepati. Jangan hanya bicara manis saat kampanye, tapi kenyataannya rakyat yang makin susah,’ tuturnya.”
*Penulis merupakan kader LPM Keadilan
liputan bersama : Asa Fadilah Ginting, Sabri Khatami Can, Fira Septianingrum, Salsabila, Sri Indah Lestari, Titis Bekti, dan Tria Kholifah.
Catatan Redaksi: Redaksi melakukan perubahan pada isi berita di paragraf ke empat pada Minggu (22/2). Perubahan tersebut adalah penambahan teks yang sebelumnya terhapus saat proses editing, berbunyi “‘Melalui selebaran yang didapat Keadilan, aksi ini menyuarakan ajakan untuk melawan.’ Maka dari itu, kami Jogja Memanggil menyerukan perlawanan: turunkan Prabowo-Gibran, bubarkan kabinet merah putih, bangun demokrasi kerakyatan!’ begitu tertulis di selembar yang juga dibagikan kepada para peserta aksi”.