Penolakan Presiden Tiga Periode: Kapan Pemerintah Akan Merespon?

Aksi tiga periode

Gerakan aksi ini adalah sebuah bentuk perasaan masyarakat yang diwakilkan mahasiswa sebagai (wujud) kesadaran bahwa negara tidak baik-baik saja,” – Muhammad Adithiya Utomo, salah satu demonstran yang mengikuti aksi. 

Yogyakarta-Keadilan. Sejumlah gabungan dari Aliansi Jogja Melawan, Universitas Islam Indonesia Melawan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Bergerak, Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Yogyakarta (HMI Cabang Jogja) serta pihak lain menggelar aksi unjuk rasa di Nol Kilometer Yogyakarta (16/04/2022). Massa aksi dari berbagai bendera pergerakan itu mulai bergerak dari titik kumpul masing-masing kemudian menuju tempat aksi di Nol Kilometer. Mereka terlihat berdampingan menyuarakan keresahan terhadap problematika isu terkini. Massa aksi juga saling bersepakat untuk membawa tiga tuntutan utama yakni wacana tiga periode kepemimpinan Presiden Joko Widodo, kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan kenaikan harga kebutuhan pokok serta 16 tuntutan lainnya.

Unjuk rasa diprakarsai oleh HMI Cabang Jogja serta diramaikan dengan undangan terbuka yang mengajak mahasiswa di Yogyakarta maupun masyarakat umum untuk turut andil dalam agenda ini. Aksi berlangsung pada pukul 14.00-17.00 WIB yang dimulai dengan kedatangan mobil komando yang berhenti di persimpangan Nol Kilometer kemudian disusul dengan massa secara masif, “Terdapat sekitar lebih dari 500 orang yang turut berpartisipasi dalam agenda ini,” tutur Muhammad Yusuf sebagai salah satu Koordinator Lapangan (Korlap) aksi ini. Sebelum menyuarakan tuntutan, beberapa orang juga sempat melakukan orasi sebagai medium untuk masing-masing massa aksi berekspresi.

Surat tuntutan yang telah disebar ke berbagai kalangan menekankan pada tiga aspek permasalahan yang krusial. Pertama, soal wacana penundaan Pemilihan Umum (Pemilu) maupun tindakan pejabat negara yang berupaya mengamandemen Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) sehingga mengubah muatan masa jabatan presiden menjadi tiga periode. Massa aksi mendesak Presiden Joko Widodo untuk tegas menolak wacana penundaan Pemilu tahun 2024 dan perpanjangan tiga periode bagi jabatan presiden. Kedua, tentang kenaikan harga BBM yang kian melambung tinggi. Lalu tuntutan penting ketiga yakni terkait kenaikan harga kebutuhan pokok secara serempak mulai dari minyak goreng hingga beras. 

Selain tiga tuntutan utama di atas, masih terdapat 16 tuntutan lain seperti menghentikan ketergantungan terhadap modal asing, wujudkan sistem ekonomi bervisi kerakyatan, menghentikan pertambangan yang merusak lingkungan, wujudkan pembangunan energi terbarukan, menghentikan praktek kapitalisasi di sektor pendidikan, tolak Rancangan Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, tolak Rancangan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional dan beberapa tuntutan lainnya.

Unjuk rasa yang semula diawali serentak pada tanggal 11 April 2022 di depan Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) diperkirakan masih akan terus berlanjut hingga ke kota-kota besar di seluruh Indonesia, “Melihat banyaknya mahasiswa maupun beberapa aliansi pergerakan yang membawakan isu serupa. Mulai dari tiap daerah, provinsi hingga nasional oleh karenanya apabila aksi yang dilakukan belum juga mendapatkan respon dari pemerintah maka kami mahasiswa akan tetap melanjutkan aksi serupa di hari-hari berikutnya dengan membawa tuntutan yang sama,” ucap Muhammad Yusuf selaku Korlap.

Beberapa harapan juga terlihat digaungkan saat aksi berlangsung, Muhammad Adithiya sebagai salah satu peserta aksi berharap agar pemerintah terkhusus DPR dapat mendengar aspirasi para mahasiswa dan lebih berpihak kepada kesejahteraan rakyat bukannya malah melanggengkan kepentingan sebagian elit politik. Adithiya juga berpesan kepada Presiden Joko Widodo untuk menjaga kestabilan ekonomi negara sehingga harga bahan pokok tidak mengalami fluktuasi. 

Aksi unjuk rasa terpantau berjalan kondusif dari awal hingga akhir dengan peserta aksi yang terus menyuarakan aspirasinya. Begitupun suasana unjuk rasa bertambah khidmat dengan turunnya hujan yang cukup deras. Walaupun sempat turun hujan massa aksi tetap bersemangat dan lantang menyuarakan berbagai tuntutan ketidakberpihakan kepada kebijakan pemerintah. Kemudian tepat pukul 17.00 WIB unjuk rasa ditutup dengan pembacaan tuntutan secara keseluruhan dan setelahnya massa mulai membubarkan diri dari lokasi unjuk rasa.

Liputan Bersama : Khatibul Azizy, Himawan Gerrenove Vippianto

Sekar Arifia Prastiwi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *